ACARA V
KESETIMBANGAN
A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1.
Tujuan Praktikum : Mempelajari kesetimbangan kompleks
besi (III)-tiosianat.
2.
Waktu Praktikum : Jum’at, 9 November 2012
3.
Tempat Praktikum : Laboratorium Kimia Dasar, Lantai
III, Fakultas Matematika
dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Mataram.
B. LANDASAN TEORI
Banyak
reaksi-reaksi kimia yang berjalan tidak sempurna artinya reaksi-reaksi tersebut
berjalan sampai pada suatu titik dan akhirnya berhenti dengan meninggalkan
zat-zat yang tidak bereaksi. Pada temperatur, tekanan dan konsentrasi tertentu,
titik pada saat reaksi tersebut berhenti sama. Hubungan antara konsentrasi
peraksi dan hasil reaksi tetap.
Pada saat ini reaksi dalam keadaan setimbang.
Pada saat setimbang, kecepatan reaksi ke kanan sama dengan kecepatan reaksi ke
kiri. Kesetimbangan disini merupakan kesetimbangan dinamis, bukan kesetimbangan
statis. Jadi sebenarnya reaksi masih ada tetapi karena kecepatannya sama,
seakan-akan reaksi berhenti.
A + B
C + D
Atas dasar ini dapat
dianggap hampir semua reaksi berhenti pada kesetimbangan. Untuk reaksi
sempurna, kesetimbangan sangat berat disebelah kanan. Untuk reaksi yang sangat
berat di sebelah kanan. Untuk reaksi yang tidak berjalan, kesetimbangan sangat
berat disebelah kiri. Kesetimbangan dibagi menjadi homogen dan heterogen.
Homogen bila
kesetimbangan terdapat pada satu fase (gas, cairan tunggal, fase padat
tunggal). Heterogen bila kesetimbangan terdapat dalam lebih dari satu fase
(gas, padat, gas cairan, padat cairan atau padat-padat) (Sukardjo, 1997:220).
Kesetimbangan
kimia dalah proses dinamis ketika reaksi kedepan dan reaksi balik terjadi pada
laju yang sama tetapi pada arah yang berlawanan. Konsentrasi pada setiap zat
tinggal tetap pada suhu konstan. Banyak reaksi kimia tidak sampai berakhir, dan
mencapai satu titik ketika konsentrasi zat-zat bereaksi dan produk tidak lagi
berubah dengan berubahnya waktu. Molekul-molekul tetap berubah dari
pereaksi menjadi produk dan dari produk menjadi preaksi, tetapi tanpa perubahan
netto konsentrasinya (Stephen,2002 : 96).
Kebanyakan
reaksi kimia berlangsung secara reversible (dua arah). Ketika reaksi itu baru
mulai, proses reversible hanya berlangsung kearah pembentukan produk, namun
ketika molekul produk telah terbentuk maka proses sebaiknya yaitu pembentukan
molekul reaktan dari molekul produk mulai berjalan. Kesetimbangan kimia
tercapai bila kecepatan reaksi tekanan (molekul produk) telah sama dengan
kecepatan reaksi ke kiri (pembentukan molekul reaktan) dan konsentrasi reaktan
maupun konsentrasi produk tidak berubah-rubah lagi (konstan). Jadi, kesetimbangan
kimia merupakan proses yang dinamis (Purwoko, 2006 : 169).
Tetapan
kesetimbangan Kp dan tetapan kesetimbangan Kc diberi harga dalam
konsentrasi-konsentrasi yang dinyatakan dalam mol per liter. Untuk suatu sistem
kesetimbangan yang melibatkan gas, pengukuran biasanya dilakukan terhadap
tekanan bukan konsentrasi. Dalam hal ini tetapan kesetimbangan dapat dihitung
dari tekanan parsial gas-gas. Tetapan yang dihitung dengan cara ini disebut Kp.
Untuk sistem kesetimbangan :
2H2O(g) 2H2(g) + O2(g)
Kp
dinyatakan sebagai :
Kp
=
Tekanan
total sama dengan jumlah tekanan parsial :
P
= pH2O + pH2 + pO2
Dari
persamaan hukum gas ideal nampak bahwa tekanan parsial suatu gas berbanding
lurus dengan konsentrasi c dalam mol per liter :
pV
= nRT c =
=
Jadi, secara numeris Kp dan Kc saling berhubungan.
Untuk persamaan kesetimbangan umum, wA + xB yC + zD hubungan antara Kp dan
Kc dinyatakan oleh :
Kc
= Kp (
) Dn
Atau
Kp = Kc (RT) Dn
Dengan Dn = (y + z) – (w + x). Jumlah molekul produk gas
dikurangi dengan jumlah molekul pereaksi gas dalam persamaan kesetimbangan.
Jika jumlah molekul pereaksi gas sama dengan jumlah molekul produk gas, Dn = 0 maka
Kp = Kc (Keenan, 1999 : 560).
Adapun
kesetimbangan dibagi menjadi dua yaitu kesetimbangan homogen dan kesetimbangan
heterogen. Kesetimbangan homogen adalah kesetimbangan yang hanya melibatkan
satu fase yang sama,sedangkan kesetimbangan heterogen adalah kesetimbangan yang
meliputi dua fase atau lebih. Sebagai contoh kesetimbangan 2C(s) + O2(g) 2CO(g) meliputi fase
gas dan padatan. Dalam sistem ini terdiri atas suatu campuran oksigen dan
karbon monoksida. Persamaan ini menyaqtakan bahwa suatu sistem mengandung CO(g)
, O2(g) ,dan C(s) dalam kesetimbangan yang tak
menghiraukan berapa banyak C(s) berada . Aturan yang mudah bahwa untuk kesetimbangan heterogen
padatan,dimana padatan murni dan cairan-cairan murni di abaikan dari pengertian
aksi massa(Firman,2007:146).
Dalam
suatu sistem kesetimbangan, suatu katalis menaikkan kecepatan reaksi maju dan
reaksi balik dengan sama kuatnya. Suatu katalis tidak mengubah kuantitas
relatif yang ada dalam kesetimbangan nilai tetapan kesetimbangan tidaklah
berubah. Katalis memang mengubah waktu yang diperlukan untuk mencapai
kesetimbangan. Reaksi yang memerlukan waktu berhari-hari atau berminggu-minggu
untuk mencapai kesetimbangan, dapat mencapainya dalam beberapa menit dengan
hadirnya katalis. Lagi pula, reaksi yang berlangsung dengan laju yang sesuai
hanya pada temperatur yang sangat tinggi, dapat berjalan dengan cepat pada
temperatur yang jauh lebih rendah bila digunakan katalis. Ini terutama penting
jika temperatur tinggi mengurangi rendeman dari produk-produk yang diinginkan
(Keenan,1984:593).
C. ALAT DAN BAHAN
PRAKTIKUM
1.
Alat – Alat Praktikum :
a.
Gelas kimia 200 ml
b.
Labu ukur 25 ml
c.
Pipet gondok 5 ml
d.
Pipet gndok 10 ml
e.
Pipet tetes
f.
Rubber bulb
g.
Spatula
h.
Tabung Reaksi
i.
Tissue
j.
Kertas label
2.
Bahan – Bahan Praktikum
:
a.
Aquades (H2O)(l)
b.
Butiran Na2HPO4
(Natrium hidropospat)
c.
Larutan Fe(NO3)3 0,2 M (Besi
(III) nitrat)
d.
Larutan KSCN 0,002 M
(Kalium tiosanat)
e.
Larutan KSCN pekat
(Kalium tiosanat)
D. PROSEDUR PERCOBAAN
1.
Kesetimbangan besi (III
)- tiosianat
a.
10 ml KSCN 0,002 M
dimasukkan kedalam gelas kimia dan ditambahkan 2 tetes Fe(NO3)3
0,2 M kemudian diaduk.
b.
Larutan tersebut dibagi
kedalam 4 tabung reaksi.
c.
Tabung pertama
digunakan sebagai larutan pembanding.
d.
Kedalam tabung reaksi
kedua ditambahkan 1 tetes KSCN pekat.
e.
Kedalam tabung reaksi
ketiga ditambahkan 3 tetes Fe(NO3)3 0,2 M
f.
Kedalam tabung reaksi
keempat ditambahkan beberapa butir Na2HPO4.
g.
Semua pristiwa yang
terjadi dicatat.
2.
Kesetimbangan besi (III
)- tiosianat yang semakin encer
a.
Disediakan 5 tabung
reaksi yang bersih dan diberi nomor. Kedalam lima tabung reaksi ini dimasukkan
masing-masing 5 ml KSCN 0,002 M. kedalam tabung reaksi pertama tambahkan 5 ml
larutan Fe(NO3)3
0,2 M. tabung ini digunakan sebagi tabung standar.
b.
Diukur 10 ml Fe(NO3)3 0,2
M dan ditambahkan air hingga volumenya menjadi 25 ml. diukur 5 ml dari larutan ini
dan dimasukkan kedalam tabung reaksi kedua (hitung konsentrasi larutan).
Selebihnya disimpan untuk pengerjaan berikutnya.
c.
Diukur 10 ml Fe(NO3)3,
sisa larutan diatas, ditambahkan air hingga volumenya tepat menjadi 25 ml dan
dimasukkan kedalam tabung reaksi ketiga.
d.
Pada tabung berikutnya
dilakukan pengerjaan yang sama sampai tabung kelima.
e.
Dibandingkan warna
larutan pada tabung kedua dengan tabung standar (tabung 1), untuk menghitung
konsentrasi FESCN2+. Jika intensitas warna tidak sama, dikeluarkan
larutan dari tabung standar setetes demi setetes sampai kedua tabung tersebut
menunjukkan intensitas warna yang samadan diukur tinggi larutan dalam
masing-masing tabung sampai cm. selanjutnya dengan cara yang sama, disamakan
intensitas warna larutan pada tabung 3, 4 dan 5 bandingkan dengan tabung 1.
E. HASIL PENGAMATAN
No.
|
Prosedur
Percobaan
|
Hasil
Pengamatan
|
1.
|
Kesetimbangan besi (III)- Tiosianat
a.
Dimasukkan 10 ml KSCN
0,002M ke dalam suatu bejana gelas. Kemudian ditambahkan dengan 2 tetes
larutan Fe(NO3)3 0,2M.
b.
Larutan ini kemudian
dibagi ke dalam 4 tabung reaksi.
c.
Tabung reaksi pertama
digunakan sebagai pembanding.
d.
Ditambahkan 1 tetes
KSCN pekat ke dalam tabung reaksi kedua.
e.
Ditambahkan 3 tetes
Fe(NO3)3 0,2M ke dalam tabung reaksi ketiga.
f.
Ditambahkan 1 butir
Na2HPO4 ke dalam tabung reaksi keempat.
g.
Semua peristiwa yang
terjadi dicatat dalam tabel hasil percobaan.
Kesetimbangan besi (III)- Tiosianat yang semakin
encer
a.
Disediakan 5 tabung
reaksi , kemudian diberi nomer. Kedalam tabung reaksi ini dimasukkan masing-masing
5 ml KSCN 0,002M. Kemudian 5 ml larutan Fe(NO3)3 0,2M
ditambahkan kedalam tabung reaksi pertama. Tabung reaksi ini digunakan
sebagai standar.
b.
Diukur 10 ml Fe(NO3)3
0,2M dan ditambahkan aquades hingga volumenya menjadi 25 ml. diukur 5 ml dari
larutan ini dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi kedua (dihitung konsentrasi
larutan ini). Selebihnya disimpan untuk pengerjaan berikutnya.
c.
Didalam 10 ml larutan
Fe(NO3)3 0,2M sisa diatas, ditambahkan aquades hingga
volumenya tepat menjadi 25 ml ( dihitung konsentrasi larutan ini ). Diukur 5
ml larutan ini dan dimasukkan ke tabung reaksi ketiga.
d.
Dilakukan pengerjaan
yang sama sampai dengan tabung kelima.
e.
Dibandingkan warna
larutan pada tabung kedua dengan tabung standar (tabung 1) , untuk menghitung
konsentrasi FeSCN2+. Jika intensitas warna tidak sama, dikeluarkan
larutan dari tabung standar setetes demi setetes , sampai kedua tabung
tersebut menunjukkan intensitas warna yang sama dan diukur tinggi larutan
dalam masing-masing tabung sampai cm (larutan yang dikeluarkan tadi
dimasukkan ke dalam tempat yang bersih agar dapat digunakan kembali).
Selanjutnya dengan cara yang sama , disamakan intensitas warna larutan pada
tabung 3, 4 dan 5 , dibandingkan semua dengan tabung pertama.
|
Tabung I berwarna merah bata
Tabung ke II yang ditetesi KSCN
pekat berwarna lebih pekat daripada tabung I
Tabung ke III berwarna merah bata
tetapi lebih pekat dari tabung I dan II
Sedangkan tabung ke IV jernih dan
ada endapan di dasar tabung
1.
Tabung reaksi pertama
yang menjadi standar berwarna merah kehitam-hitaman
2.
Tabung reaksi kedua,
warnya juga merah kehitam-hitaman tapi tidak sepekat tabung standar
3.
Tabung reaksi
berwarna merah marun (merah kehitam-hitaman tapi lebih cerah dari tabung 2)
4.
Tabung reaksi keempat
warna larutannya merah marun, lebih muda dari tabung ke 3
5.
Tabung reaksi ke lima
warnanya merah darah
Perbandingan warna=
T1:T2:T3:T4
0,95:0,71:0,42:0,042
|
F. ANALISIS DATA
1.
Percobaan pertama
Diasumsikan bahwa:
a.
Fe (NO3)3
dan KSCN dalam bentuk ion
b.
Pada tabung 1 dianggap
berbebtuk FeSCN2+
Fe+(aq) + SCN- FeSCN2+
Jika :
−
Tabung I (standar) : warna
merah
Tabung ini digunakan
sebagai tabung standar yang dibandingkan dengan :
−
Tabung II + KSCN pekat
: warna larutan merah darah (lebih pekat dari tabung I)
−
Tabung III + Fe (NO3)3:
warna larutan hitam pekat (warna lebih pekat dari tabung I dan tabung II)
−
Tabung IV + Na2HPO4:
warna larutan bening dan terdapat endapan
Persamaan reaksi pada
tabung IV
FeSCN2+(aq) + Na2HPO4(s) FePO4(aq) +
HSCN(aq) + 2Na+(aq)
2.
Percobaan kedua
v Perbandingan
tinggi tabung
T1 =
=
= 0,95
T2 =
=
= 0,71
T3 =
=
=
0,42
T4 =
=
= 0,04
v Perhitungan
konsentrasi
[
FeSCN2+] = T
konsentrasi standar
n
Fe2+ = M
V
=
0,2 M
0,005 L
=
0,001 mol
n
SCN- = M
V
=
0,002 M
0,005 L
=
0,00001 mol
Fe3+(aq) + SCN-(aq) FeSCN2+.(aq)
Mula-mula 0,001 mol 0,00001 mol
Bereaksi 0,00001 mol 0,00001 mol 0,00001 mol
Setimbang 0,00099 mmol -
0,00001 mol
[ FeSCN2+]0
=
=
=
= 0,001 M
[
FeSCN2+]1 = T1
[ FeSCN2+]0
=
0,95
0,001 M
=
0,00095 M
[
FeSCN2+]2 = T2
[ FeSCN2+]0
= 0,71
0,001 M
= 0,00071 M
[
FeSCN2+]3 = T3
[ FeSCN2+]0
=
0,42
0,001 M
= 0,00042 M
[
FeSCN2+]4 = T4
[ FeSCN2+]0
= 0,04
0,001 M
= 0,00004 M
v Perhitungan
Konsentrasi Fe3+ mula – mula
Pengenceran I
M1
V1 = M2
V2
M2
=
=
=
0,08 M
Pengenceran II
M2
V2 = M3
V3
M3 =
=
=
0,032 M
Pengenceran III
M3
V3 = M4
V4
M4
=
=
=
0,0128 M
Pengenceran
IV
M4
V4 = M5
V5
M5 =
=
= 0,00512 M
v Perhitungan
konsentrasi Fe3+ setimbang
[Fe3+] = [Fe3+] mula – mula
- [ FeSCN2+] setimbang
[Fe3+]stb
1 =
0,08 M – 0,00095 M
= 0,07905 M
= 0,079 M
[Fe3+]stb
2 =
0,032 M - 0,00071 M
= 0,03129 M
[Fe3+]stb
3 = 0,0128M - 0,00004M
= 0,01238 M
[Fe3+]stb
4 = 0,00512 M - 0,00004 M
= 0,005038 M
= 0,005 M
v Perhitungan
konsentrasi SCN- setimbang
[SCN-]mula
– mula = 0,002 M
[SCN-]stb = [SCN-]mula – mula -
[ FeSCN2+] setimbang
[SCN-]stb
1 = 0,002 M – 0,00095 M
= 0,00105
M
[SCN-]stb2 = 0,002 M – 0,00071 M
= 0,00129 M
[SCN-]stb3
= 0,002 M – 0,00042 M
= 0,00158 M
[SCN-]stb4 = 0,002 M – 0,00004 M
= 0,00196 M
v Ka
= [Fe3+] [ FeSCN2+] [SCN-]
Ka1 = 0,079 x 0,00095 x 0,001
=
75,05 x 10-9 M
Ka2 = 0,03129 x 0,00071 x 0,00129
=
28,65 10-9 M
Ka3 = 0,01238 x 0,00004 x 0,00158
=
8,21 10-9 M
Ka4 = 0,005 x 0,00004 x 0,00196
=
0,392. 10-9 M
v Kb
=
Kb1 =
= 7,5 10-2 M
Kb2 =
= 1,72 10-2 M
Kb3 =
= 0,36 10-2
M
Kb4 =
= 1,02 10-2 M
v Kc =
Kc1 =
= 12,02 M
Kc2 =
= 17,58 M
Kc3 =
= 21,47 M
Kc4 =
= 4,08 M
v Tabel
Analog
No.
|
[Fe3+]
|
[SCN-]
|
[FeSCN2+]
|
Ka
|
Kb
|
Kc
|
1
|
M
|
M
|
M
|
7,5.10-9
M
|
7,5.
10-2M
|
12,02
M
|
2
|
M
|
M
|
M
|
28,65.10-9M
|
1,72.
10-2M
|
17,58
M
|
3
|
M
|
M
|
M
|
8,21.
10-9M
|
0,36.
10-2M
|
21,47
M
|
4
|
M
|
M
|
M
|
0,392.
10-9M
|
1,02.
10-4M
|
4,08
M
|
G.
PEMBAHASAN
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mempelajari reaksi-reaksi
kesetimbangan kompleks besi (III)-tiosianat. Pada percobaan pertama dimana
tabung 1 dijadikan sebagai pembanding atau standar bagi tabung lainnya.
Diperoleh data bahwa setelah larutan besi nitrat direaksikan dengan larutan ion
tiosianat menghasilkan larutan yang berwarna hitam pekat. Reaksi yang terbentuk
adalah:
Fe+(aq) + SCN- (aq) FeSCN2+(aq)
Perubahan warna ini
terjadi karena adanya perubahan konsentrasi larutan. Seperti yang diketahui
bersama bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi kesetimbangan kimia yaitu
perubahan konsentrasi, perubahan tekanan, perubahan volume dan perubahan suhu.
Sedangkan katalis hanya berfungsi sebagau suatu zat yang mempercepat
tercapainya keadaan setimbang. Jika dilakukan pada sistem tertutup sehingga
dapat dikatakan katalis tidak mempengaruhi terhadap pergeseran kesetimbangan.
Untuk tabung kedua ketika larutan awal ditambah (KSCN pekat) maka kesetimbangan
akan bergeser ke arah produk. Pada tabung ketiga, larutan awal ditambah dengan
larutan Fe(NO3) 0,2 M, warna laruta yang semula merah berubah
menjadi hitam pekat dan lebih pekat daripada tabung 1 maupun tabung 2. Hal ii
dikarenakan larutan atau zat yang ditambahkan pada tiap-tiap tabung berbeda
konsentrasinya. Pada tabung keempat. Larutan awal ditambah dengan beberapa
butir N2HPO4, hasilnya adalah warna yang semula merah
menjadi bening dan terdapat endapan. Adanya endapan pada larutan tersebut
terjadi karena adanyaunsur logam pada larutan FeSCN, sedangkan warna berubah
menjadi bening karena adanya reaksi antara FeSCN3+ dengan NaHPO4,
dimana Fe3+ akan berikatan dengan ion PO43-
membentuk FePO4. Kemudian ion SCN- akan diikat oleh H+
dan membentuk HSCN, sedangkan Na+ tidak berikatan dengan senyawa
lain. Reaksi yang terbentuk adalah:
FeSCN2+(aq) + Na2HPO4(s) FePO4(aq) +
HSCN(aq) + 2Na+(aq)
Fe3+ berikatan dengan PO43-
membentuk FePO4 yang sukar larut. Penambahan PO43- sama dengan mengurangi Fe3+ ,
sehingga intensitas warna larutan berkurang.
Pada percobaan kedua yaitu kesetimbangan besi (III) tiosianat ayng
semakin encer. Dari tabung 1-5 terjadi pengurangan kepekatan atau intensitas
warna. Hal ini disebabkan karena adanya penambahan volume aquades dari tabung
1-5. Pada saat perbandingan dan penyetaraan intensitas tabung standar (tabung
1) dengan tabung 2,3,4 dan 5 dengan cara mengurangi volume pada tabung pertama
setetes demi setetes sehingga didapat persamaan warna. Hal ini membuktikan
bahwa volume berpengaruh pada kesetimbangan. Dalam penyeragaman warna ini juga
tidak dapat diamati dari samping tabung karena dengan cara ini akan menghalangi
mata dalam mengamati warna pada tabung yaitu cahaya yang masuk ke dalam tabung
akan di biaskan terlebih dahulu ke tabung reaksi lalu dibiaskan menuju mata sehingga
larutan terlihat lebih pekat. Oleh karea itu dalam mengamati warna sebaiknya
dari atas tabung agar cahaya yang dipantulkan ke dalam tabung akan langsung
dibiaskan ke mata. Untuk menentukan kesetimbangan dalam suatu sistem dapat
diketahui dengan mengitung konstanta kesetimbangan. Secara teoritis seharusnya
nilai dari suat kesetimbangan adalah konstan. Namun dari hasil analisis data
diperoleh nilai Ka, Kb dan Kc yang berbeda-beda atau menunjukkan nilai yang
tidak konstan. Ini disebabkan oleh kurang teliti dalam menyamakan atau
menyetaraan warna pada tabung I dengan tabung 2,3,4 dan 5, sehigga mempengaruhi
juga dalam mengukur volumenya kurang teliti.
H. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat ditarik adalah
kesetimbangan kimia dipengaruhi oleh konsentrasi dan volume zat yang
ditambahkan pada saat pencampuran dan pengenceran. Perubahan konsentrasi dapat
ditandai dengan perubahan warna larutan. Jika konsentrasi pereaksi ditambahkan
maka kesetimbangan akan bergeser ke arah produk. Pengaruh konsentarsi pada
kesetimbangan akan lebih kuat dibandingkan pengaruh volume. Diperoleh juga
nilai ketetapan kesetimbangan yang tidak konstan dikarenakan oleh
ketidaktelitian dalam menyetarakan warna sehingga dalam mengukur volume juga
berpengaruh.
DAFTAR PUSTAKA
Firman, H. 2007. Penelitian Pendidikan Kimia. Bandung:
Jurusan Kimia FMIPA UPI.
Keenan, W. Charles. 1984. Kimia Untuk Universitas. Jakarta :
Erlangga.
Keenan, W. Charles. 1999. Kimia Untuk Universitas. Jakarta :
Erlangga.
Purwoko, Agus Abh.
2006. Kimia Dasar 1. NTB : Mataram
University Press.
Stephen, Bresnick.
2002. Istilah Kimia Umum. Jakarta:
Erlangga.
Sukardjo. 1997. Kimia Fisika. Yogyakarta: Rineka Cipta.
apa tujuan utama pengenceran pada percobaan praktikum kesetimbagan kimia?
BalasHapus