Sabtu, 22 Desember 2012

Reaksi-reaksi Kimia



ACARA II
REAKSI-REAKSI KIMIA

A.    PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Tujuan Praktikum    :    1.  Untuk mengenal berbagai reaksi kimia.
                                         2.  Untuk menentukan stoikiometri reaksi.
2. Waktu Praktikum    :    Jumat, 12 Oktober 2012
3. Tempat Praktikum   :    Laboratorium Kimia Dasar, Lantai III, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Mataram.

B.     LANDASAN TEORI
Reaksi kimia adalah suatu reaksi antar senyawa kimia atau unsur kimia yang melibatkan perubahan struktur dari molekul, yang umumnya berkaitan dengan pembentukan dan pemutusan ikatan kimia. Dalam suatu reaksi kimia terjadi proses ikatan imia, di mana atom zat mula-mula (edukte) bereaksi menghasilkan hasil (produk). Berlangsungnya proses ini dapat memerlukan energi (reaksi endotermal) atau melepaskan energi (reaksi eksotermal) (Raif, 2010:2).
Suatu reaksi kimia adalah proses dimana ikatan atom di dalam molekul-molekul zat yang bereaksi dipecahkan, diikuti oleh penyusunan kembali dari atom-atom tersebut dalam kombinasi molekul yang baru. Dengan kata lain, timbul zat kimia baru dan lama hilang, tetapi atom-atomnya tetap sama (Djojodihardjo, 1987 : 103).
Reaksi kimia menggabungkan unsur-unsur menjadi senyawa, penguraian senyawa menghasilkan unsur-unsurnya dan transportasi mengubah senyawa yang ada menjadi senyawa baru. Oleh karena atom tidak dapat dimusnahkan dalam reaksi kimia, maka jumlah atom (atau mol atom) dan setiap unsur sebelum dan sesudah reaksi selalu sama. Kekuatan materi dalam perubahan kimia ini terlihat dari persamaan kimia yang balans untuk proses reaksi tersebut. Berdasarkan kesetaraan reaksi, ada reaksi stoikiometri dan pereaksi pembatas (Oktoby, 1998:42).
Salah satu pentingnya persamaan reaksi adalah dalam merencanakan percobaan yang mana persamaan reaksi memungkinkan kita menetapkan hubungan kuantutatif yang terjadi antara peraksi dan hasil reaksi. Persamaan reaksi harus seimbang berarti reaksi harus mengikuti huku konservasi dimana jumlah setiap macam atom dikedua sisi anak panah harus sama (Brady, 1999:83).
Bidang kimia yang mempelajari aspek kuanitatif unsur dalam suatu senyawa atau reaksi disebut stoikiometri (bahasa Yunani: stoichcion: unsur, metiazn: mengukur). Dengan kata lain, stoikiometri adalah perhitungan kimia yang menyangkut hubungan kuantitaif zat yang terlibat dalam reaksi (Syukri, 1999:23).
Stoikiometri berarti mengukur unsur-unsur. Pengertian unsur-unsur dalam hal ini adalah partikel-partikel atom, ion, molekul atau elektron yang terdapat dalam unsur atau senyawa yang terlibat dalam reaksi kimia. Stoikiometri menyangkut cara untuk menimbang dan menghitung spesi-spesi kimia atau dengan kata lain stoikiometri adalah bagian tentang hubungan-hubungan kuantitatif dalam reaksi kimia (Achmad, 1991:1).
Persamaan kimia terdiri dari pereaksi yang ditulis di sebelah kiri, kemudian anak panah yang menunjukkan arah reaksi dan terakhir produk yang ditulis sebelah kanan, dengan catatan banyanya unsur di sebelah kiri dan kanan harus sama. Untuk kebanyakan unsur kimianya biasanya ditulis lambangnya saja. Sebagai cntoh natrium: Na, Li (Besi Fe), Hg dan Ag. Tetapi ada tujuh unsur berupa molekul diatomik yang sudah kita kenal yaitu H2, N2,O2F2, Cl2, Br2,  dan I2. Ketiga unsur tersebut harus ditulis berupa molekul diatomik. Tetapi kadang-kadang usnur tersebut tidak dalam bentuk molekul diatomik sehingga penulisannya sesuai dengan sruktur molekulnya (Prasetiawan, 2008:37).

C.    ALAT DAN BAHAN
1.      Alat-alat Praktikum
a.       Gelas kimia 100 ml
b.      Gelas kimia 250 ml
c.       Gelas ukur  25 ml
d.      Gelas ukur  50 ml
e.       Pipet tetes
f.       Rak tabung reaksi
g.      Spatula
h.      Tabung reaksi
i.        Termometer
2.      Bahan-bahan Praktikum
a.       Aquades (H2O)(aq)
b.      Larutan Aluminium Sulfat AI2 (SO4)          0,1 M
c.       Larutan Amonium hidroksida (NH4(OH)) 1 M
d.      Larutan Asam asetat (CH3COOH) 0,05
e.       Larutan Asam Klorida (HCI) 0,05 M
f.       Larutan Klorida (HCl) 1 M
g.      Larutan indikator Fenolftalein (PP)
h.      Larutan Kalium Kromat (K2CrO4) 0,1 M
i.        Larutan Kalium di kromat (K2Cr2O7) 0,1 M
j.        Larutan Natrium Hidroksida (NaOH) 2 M
k.      Larutan Natrium Hidroksida (NaOH) 0,05 M
l.        Larutan Natrium Hidroksida (NaOH) 1 M
m.    Larutan Tembaga Sulfat (CuSO4) 1 M

D.    PROSEDUR PENELITIAN
1.      Reaksi Kimia
a.       Ke dalam 2 buah tabung  reaksi, dimasukkan  masing-masing 10 tetes larutan HCL 1 M kedalam tabung pertama dan larutan CH3COOH 0,1 M. Ditambahkan masing-masing 1 tets larutan indikator PP. Diamati perubahan yang terjadi.
b.      Ke dalam 2 tabung reaski lain dimasukkan larutan NaOH 1 M masing-masing 10 tetes. Ditambhkan pada keduanya 1 tetes larutan indikatr.
c.       Dicampurkan kedua asam (tabung a) dengan basa (tabung b).diamati perubahan yang terjadi.
d.      Dimasukkan ke dalam 2 tabung reaksi amsing-masing 10 tets larutan kalium kromat, K2CrO4 0,1 M. Ke dalam tabung pertama ditambahkan larutan HCl 1 M. Dikook dan diamati. Ke dalam tabung lainnya ditambahkan larutan NaOH 1 M. Disimpan dan dibandingkan dengan percobaan e.
e.       Dimasukkan ke dalam 2 tabung reaksi masing-masing 10 tetes larutan kalium dikromat K2CrO7 1 M. Kemudian diperlukan seperti percobaan (d) di atas. Dibandingkan dengan larutan (d) dan (e).
f.       Dimasukkan 10 tetes larutan Al2(SO4)3 0,1 M ke dalam tabung reaksi. Ditambahkan dengan larutan NaOH 1 M tetes demi tetes dan perhatikan apa yang terjadi.
g.      Dimasukkan 10 tetes laruta Al2(SO4)3 0,1 M ke dalam tabung reaksi. Ditambahkan lagi dengan NH4OH 1 M setetes demi tetes dan diamati. Dibandingkan dengan alrutan pada percobaan (f).
2.      Variasi Kontinu
a.       Stoikiometri Sistem CuSO4 – NaOH
1.      Ke dalam 4 tabung reaksi kimia dimasukkan berturut-turut 5,10,15 dan 20 ml larutan NaOH 2 M. Kemudian diukur suhu awalnya masing-masing.
2.      Ke dalam 4 buah gelas kimia dimasukkan berturut-turut 5,10,15 dan 20 ml larutan CuSO4 1 M. Kemudia diukur suhu awalnya.
3.      Larutan NaOH 2 M pada gelas kimia (a) dicampurkan dengan larutan CuSO4 1 M pada gelas (b), 20 ml NaOH dicampurkan dengan 5 ml CuSO4 1 M. 15 ml NaOH dicampurkan dengan 10 ml CuSO4 1 M. 10 ml NaOH dicampurkan dengan 15 CuSO4 1 M. 5 ml NaOH diampurkan dengan 20 ml CuSO4 1 M, kemudian diukur suhu campuran masing-masing.
b.      Stoikiometri Asam – Basa
·         Ke dalam 7 buah tabung reaksi dimasukkan berturut-turut 0,1,2,3,4,5 dan 6 ml larutan NaOH 1 M, kemudian diukur suhu awalnya.
·         Ke dalam 7 buah tabung reaksi lain diamsukkan 0,1,2,3,4,5 dan 6 ml larutan HCl 1 M, kemudian diukur suhunya.
·         Larutan NaOH 1 M pada tabung (a) dicampurkan dengan larutan HCl 1 M pada tabung (b). 0 mL NaOH diampurkan dengan 6 mL HCl 1 M. 1 ml NaOH dicampurkan dengan 5 ml HCl 1 M. 2 mL NaOH diampurkan dengan 4 mL HCl 1 M. 3 mL NaOH diampurkan dengan 3 mL HCl 1 M. 4 mL NaOH diampurkan dengan 2 mL HCl 1 M. 5 mL NaOH diampurkan dengan 1 mL HCl 1 M. 6 mL NaOH diampurkan dengan 0 mL HCl 1 M. Masing-masing campuran diuur suhunya.
E.     HASIL PENGAMATAN
No.
Prosedur
Hasil Pengamatan
1.
Reaksi-reaksi kimia
a. - 10 tetes HCl 0,05 M + 1 tetes pp.
-  10 tetes CH3COOH 0,05 M + 1 tetes pp.
b. - 10 tetes NaOH 0,05 M + 1  tetes pp.
- 10 tetes NaOH 0,05 M + 1 tetes pp.
c. - (10 tetes HCl 0,05 M + 1 tetes pp) + (10 tetes NaOH 0,05 M + 1  tetes pp).
- (10 tetes CH3COOH 0,05 M + 1 tetes pp) + 10 tetes NaOH 0,05 M + 1 tetes pp).
d. - 10 tetes K2CrO4 0,1 M + HCl 1 M
 - 10 tetes K2CrO4 0,1 M + NaOH 1 M

e. - 10 tetes K2Cr2O7 0,1 M + HCl 1 M
 - 10 tetes K2Cr2O7 0,1 M + NaOH 1 M

f. 10 tetes Al2(SO4)3 0,1 M + tetes demi tetes NaOH 1 M



g. 10 tetes Al2(SO4)3 0,1 M + 5 tetes NH4OH 1 M + tetes demi tetes NH4OH 1 M

v  Warna awal HCl bening.
v  HCl 0,05 M + 1 tetes pp = bening


v  Warna awal NaOH= merah muda keunguan
v  NaOH + 1 tetes pp = ungu


v  Warna campuran= merah muda keunguan

v  Mula-mula= kuning
v  K2CrO4 0,1 M + HCl 1 M=orange
v  K2CrO4 0,1 M + NaOH=Kuning terang

v  Mula-mula= orange
v  K2CrO4 0,1 M + HCl 1 M=orange
v  K2CrO4 0,1 M + NaOH=Kuning

v  Tetes 1=keruh
v  Tetes ke-2= sampai ke-3 makin keruh
v  Tetas ke-4= benar-benar keruh dan pekat
v  Tetes ke-5= kembali bening seperti semula
v  Larutan sedikit keruh dan semakin keruh
2.
Stoikiometri system CuSO4-NaOH
a. - CuSO4 1 M 5 ml (diukur suhu).
- NaOH 1 M 20 ml (diukur suhu)
- kedua larutan dicampur.

b. - CuSO4 1 M 15 ml (diukur suhu).
- NaOH 1 M 10 ml (diukur suhu)
- kedua larutan dicampur.

c. - CuSO4 1 M 20 ml (diukur suhu).
- NaOH 1 M 5 ml (diukur suhu)
- kedua larutan dicampur.

d. - CuSO4 1 M 10 ml (diukur suhu).
- NaOH 1 M 15 ml (diukur suhu)
- kedua larutan dicampur.

v  Suhu awal NaOH 20 ml, 10 ml, 5 ml dan 15 ml 2 M =31  (bening)
v  Suhu awal CuSO4 20 ml, 10 ml, 5 ml dan 15 ml 1 M= 31ºC (bening)
v  Warna campuran = biru pekat, keruh, terdapat endapan (suhu campuran 32ºC).
v  Suhu awal CuSO4 = 32ºC (biru muda)
v  Suhu awal NaOH = 31ºC (bening)
v  Warna campuran = biru kehijauan, terdapat endapan, agak kental (suhu campuran 32ºC).
v  Suhu awal CuSO4 = 33ºC (biru muda)
v  Suhu awal NaOH = 31ºC (bening)
v  Warna campuran = biru muda, terdapat endapan (suhu campuran 31ºC).
v  Suhu awal CuSO4 = 32,5ºC (biru muda)
v  Suhu awal NaOH = 31ºC (bening)
v  Warna campuran = biru tua, terdapat endapan, keruh (suhu campuran 32ºC).
3.
Stoikiometri asam-basa
a. Dimasukkan dalam tabung reaksi 6 ml HCl 1 M (diukur suhu).
b. Dimasukkan dalam tabung reaksi 6 ml NaOH 1 M (diukur suhu).
c. - HCl  1 M 5 ml (diukur suhu).
- NaOH 1 M 1 ml (diukur suhu)
- kedua larutan dicampur.
d. - HCl  1 M 4 ml (diukur suhu).
- NaOH 1 M 2 ml (diukur suhu)
- kedua larutan dicampur.
e. - HCl  1 M 3 ml (diukur suhu).
- NaOH 1 M 3 ml (diukur suhu)
- kedua larutan dicampur.
f. - HCl  1 M 2 ml (diukur suhu).
- NaOH 1 M 4 ml (diukur suhu)
- kedua larutan dicampur.
g. - HCl  1 M 1 ml (diukur suhu).
- NaOH 1 M 5 ml (diukur suhu)
- kedua larutan dicampur.

v  Suhu awal HCl = 28ºC (bening)


v  Suhu awal NaOH = 30ºC (bening)


v  Suhu awal HCl = 29ºC (bening)
v  Suhu awal NaOH = 28ºC (bening)
v  Suhu campuran = 30ºC (bening)


v  Suhu awal HCl = 30ºC (bening)
v  Suhu awal NaOH = 29ºC (bening)
v  Suhu campuran = 31ºC (bening)


v  Suhu awal HCl = 28ºC (bening)
v  Suhu awal NaOH = 29ºC (bening)
v  Suhu campuran = 31ºC (bening)


v  Suhu awal HCl = 29ºC (bening)
v  Suhu awal NaOH = 29ºC (bening)
v  Suhu campuran = 30ºC (bening)


v  Suhu awal HCl = 31ºC (bening)
v  Suhu awal NaOH = 29ºC (bening)
v  Suhu campuran = 28ºC (bening)


F.     ANALISIS DATA
1.      Reaksi-Reaksi Kimia
a.         Reaksi Kimia
1)        HCl (aq) + NaOH (aq) à NaCl (s) + H2O (l)
2)        CH3COOH(aq)+ NaOH (aq) à CH3COONa (s) + H2O (l)
3)        K2CrO4 (aq) + 2 HCl (aq) à 2 KCl (aq) + H2CrO4 (aq)
4)        K2CrO4 (aq) + 2 NaOH (aq) à Na2CrO4 (aq) + 2 KOH (aq)
5)        K2Cr2O7 (aq) + 2 HCl (aq) à 2 KCl (aq) + H2Cr2O7 (aq)
6)        K2Cr2O7 (aq) + 2 NaOH (aq) à 2 KOH (aq) + Na2Cr2O7 (aq)
7)        Al2(SO4)3 (aq) + 6 NH4OH (aq) à 3 (NH4)2SO4 (aq) + 2 Al(OH)3 (s)
8)        Al2(SO4)3 (aq) + 6 NaOH (aq) à 3 Na2SO4 (aq) + 2 Al(OH)3 (s)

2.    Variasi Kontinu
a.       Stoikiometri Sistem CuSO4 – NaOH
o   Perhitungan mol larutan CuSO4 1 M
-          Untuk 5 mL CuSO4 1 M
Mol CuSO4                = M . V
= 1 . 5
  = 5 mmol
-          Untuk 15 mL CuSO4 1 M
Mol CuSO4                = M . V
              = 1 . 15
              = 15 mmol
-          Untuk 20 mL CuSO4 1 M
Mol CuSO4           = M . V
              = 1 . 20
              = 20 mmol
-          Untuk mL 10 mL CuSO4 1 M
Mol CuSO4                = M . V
              = 1 . 10
              = 10 mmol

o   Perhitungan mol larutan NaOH 1 M
-          Untuk 20 mL larutan NaOH 2 M
Mol NaOH             = M . V
  = 2 M . 20ml
  = 40 mmol
-          Untuk 10 mL larutan NaOH 2 M
Mol NaOH             = M . V
              = 2 M . 10 ml
              = 20 mmol
-          Untuk 5 mL larutan NaOH 2 M
       Mol NaOH             = M . V
              = 2 M . 5ml
              = 10 mmol
-          Untuk 15 larutan NaOH 2 M
       Mol NaOH             = M . V
              = 2M . 15 ml
              = 30 mmol
o   Perhitungan  Larutan ( )
a.    Mencari suhu mula-mula (Tm)
ü
                                   
                                    = 310C
ü
= 310C
ü
= 310C
ü
= 310C
b.    Mencari  ΔT
ΔT         = Ta(Suhu Akhir)-Tm(Suhu mula-mula)
ΔT1           =Ta-Tm
              = 320C-310C
              =1 0C
ΔT2           = Ta-Tm
              =330C-310C
              =20C
ΔT3           = Ta-Tm
              =320C-310C
              =10C
ΔT4           = Ta-Tm
              =330C-310C
              =20C
c.       Tabel  Stoikiometri Sistem CuSO4 – NaOH
V NaOH
V CuSO4
T NaOH
T CuSO4
TM
TA
ΔT
mmol NaOH
mmol CuSO4
20 mL
5 mL
310C
310C
310C
320C
10C
40 mmol
5 mmol
10 mL
15 mL
310C
310C
310C
330C
20C
20 mmol
15 mmol
5 mL
20 mL
310C
310C
310C
320C
10C
10 mmol
20 mmol
15 mL
10 mL
310C
310C
310C
330C
20C
30 mmol
10 mmol

d.      Grafik hubungan antara ΔT dengan mmol CuSO4 dan NaOH
-          Persamaan reaksi:
ü  CuSO4 (aq) +2 NaOH (aq) à Na2SO4 (aq) + Cu(OH)2 (aq)
-          Perbandingan Titik puncak tertinggi grafik di atas menunjukkan perbandingan
a.       Titik puncak mmol CuSO4 (aq)  berada pada 2oC (ΔT)
b.      Titik puncak mmol NaOH berada pada 2oC (ΔT)
a.    Perbandingan ΔT = CuSO4 : NaOH
                             = 2oC : 2oC
                             = 1 : 1
b.   Perbandingan mmol  CuSO4 : NaOH
                            CuSO4 : NaOH    =10 : 30
                                                         =1 : 3
                            CuSO4 : NaOH    =15 : 20
                                                         =3 : 4
b. Stoikiometri Asam – Basa
1.      Perhitungan mol larutan HCl 1 M
§  Untuk 6 mL HCl 1 M
Mol HCl    = M . V
= 1M . 6ml
= 6 mmol
§  Untuk 5 mL HCl 1 M
Mol HCl    = M . V
= 1M . 5ml
= 5 mmol
§  Untuk 4 mL HCl 1 M
Mol HCl    = M . V
= 1M . 4ml
= 4 mmol
§  Untuk 3 mL HCl 1 M
Mol HCl    = M . V
= 1M . 3ml
= 3 mmol
§  Untuk 2 mL HCl 1 M
Mol HCl    = M . V
= 1M . 2ml
= 2 mmol
§  Untuk 1 mL HCl 1 M
Mol HCl    = M . V
= 1M . 1ml
= 1 mmol
§  Untuk 0 mL HCl 1 M
Mol HCl    = M . V
= 1M . 0
= 0 mmol
2.      Perhitungan mol larutan NaOH 2 M
a.    Untuk 0 mL NaOH 2 M
Mol HCl    = M . V
= 2M . 0
= 0 mmol
b.   Untuk 1 mL NaOH 2 M
Mol HCl    = M . V
= 2M . 1ml
= 2 mmol
c.       Untuk 2 mL NaOH 2 M
Mol HCl    = M . V
= 2M . 2ml
= 4 mmol
d.      Untuk 3 mL NaOH 2 M
Mol HCl    = M . V
= 2M . 3ml
= 6 mmol
e.       Untuk 4 mL NaOH 2 M
Mol HCl    = M . V
= 2M . 4ml
= 8 mmol
f.       Untuk 5 mL NaOH 2 M
Mol HCl    = M . V
= 2M . 5ml
= 10 mmol
g.      Untuk 6 mL NaOH 2 M
Mol HCl    = M . V
= 2M . 6ml
= 12 mmol
3.     Perhitungan ΔT Larutan (oC)
a.         Mencari Suhu Mula-mula (TM)
= 30,50C
= 310C
= 31,50C
= 31,50C
= 31,50C
= 310C
= 310C
b.      Mencari ΔT
ΔT= Ta (suhu akhir) – Tm (suhu mula-mula)
ΔT1      = TA – TM
= 30,50C – 30,50C
= 00C
ΔT2      = TA – TM
= 340C – 310C
= 30C
ΔT3      = TA – TM
= 360C – 31,50C
= 5,50C
ΔT4      = TA – TM
= 350C – 31,50C
= 4,50C
ΔT5      = TA – TM
= 340C – 31,50C
= 3,50C
ΔT6      = TA – TM
= 33,50C – 310C
= 2,50C
ΔT7      = TA – TM
= 310C – 310C
= 00C

c.       Tabel Stoikiometri Asam – Basa
V NaOH
V
HCl
T NaOH
T HCl
TM
TA
ΔT
mmol NaOH
mmol HCl
0 mL
6 mL
-
30,50C
30,50C
30,50C
00C
0 mmol
6 mmol
1 mL
5 mL
310C
310C
310C
340C
30C
2 mmol
5 mmol
2 mL
4 mL
320C
310C
31,50C
360C
5,50C
4 mmol
4 mmol
3 mL
3 mL
320C
310C
31,50C
330C
4,50C
6 mmol
3 mmol
4 mL
2 mL
310C
320C
31,50C
340C
3,50C
8 mmol
2 mmol
5 mL
1 mL
310C
310C
310C
33,50C
2,50C
10mmol
1 mmol
6 mL
0 mL
310C
-
310C
310C
00C
12 mmol
0 mmol


d.      Grafik hubungan ΔT dengan jumlah mol reaksi
-          Persamaan reaksi:
ü  NaOH (aq) + HCl (aq) à NaCl (s) + H2O (s)
-          Perbandingan koordinat
 NaOH :  = HCl mmol NaOH : mmol HCl
5,5 : 5,5            = 4 : 4
1 : 1                  = 1 : 1

G.    PEMBAHASAN
Pada praktikum ini dilakukan 2 macam percobaan yaitu percobaan untuk megetahui berbagai reaksi kimia dan percobaaan untuk dapat menentukan stoikiometri reaksi.
Pada percobaan pertama dan kedua dilakuka penetesan indikator PP untuk mengetahui larutan tersebut bersifat asam atau  basa. Pada percobaan pertama yaitu larutan HCl 0,05 M 10 tetes dicmpurkan dengan 1 tetes indikator PP menghasilkan laruta yang tetap bening dan jernih. Larutan ini berubah sedikit keruh. Larutan ini berwarna bening disebabkan oleh HCl adalah asam kuat atau dengan berwarna bening maka kita tahu bahwa HCl adalah asaam kuat. Larutan tersebut memiliki sifat asam kuat sebagai hasil interaksi dari komponen penyusunnya.
Pada percobaan kedua CH3COOH 0,05 M juga dicampurkan dengan indikator PP menghasilkan larutan tetap bening seperti sebelum dicampurkan dengan indikator PP. Ini menunjukkan bahwa CH3COOH merupakan asam dan lebih tepatnya merupakan asam lemah. Selanjutnya diperoleh hasil campuran NaOH dengan indikatornya, larutan menjadi berwarna ungu (sedikit merah muda). Hal ini dikarenakan NaOH merupakan basa kuat sehingga menghasilkan warna yang pekat.
Pada percobaan ketiga yaitu larutan pada percobaan pertama dengan percobaan kedua dicampurkan menghasilkan larutan HCL yang dicampurkan dengan NaOH berwarna lebih bening dari sebelumya. Hal ini disebabkan HCL merupakan asam kuat dan NaOH adalah basa kuat sehingga apabila dicampurkan menghasilkan senyawa yang bersifat netral, karena kedua larutan tersebut terionisasi secara sempurna. Sedangkan larutan CH3COOH yang dicampurkan dengan NaOH menghasilkan warna ungu, ini disebabkan larutan CH3COOH merupakan asam lemah dan NaOH adalah basa kuat yang apabila keduanya dicampurkan maka akan menghasilkn larutan yang terionisasi sebagian.
Pada percobaan keempat pencampuran larutan HCl dengan K2CrO4 yang berwarna orange dan percobaan selanjutnya NaOH dengan K2CrO4 yang berwarna kuning. Hal ini disebabkan HCl merupakan asam kuat dan NaOH merupakan basa kuat yang dicampurkan dengan K2CrO4 terionisasi sebagian.
Pada percobaan larutan HCl 1 M dicampurkan dengan  K2Cr2O7 1 M dan NaOH 1 M dengan K2Cr2O7 menghasilkan warna orange dan kuning lebih muda daripada percobaan sebelumnya. Ini disebabkan oleh HCl asam kuat dan NaOH basa kuat yang bila dicampurkan dengan K2Cr2O7 maka akan terionisasi sebagian.
Pada percobaan pencampuran NaOH dengan Al2(SO4)3 menghasilkan warna yang semakin keruh pada tetesan keempat dan pada tetesan kelima kembali berwarna bening. Sedangkan pencampuran Al2(SO4)3 dengan NH4OH warnanya menjadi keruh tetapi tidak terdapat endapan sedangkan pada pencampuran NaOH dengan Al2(SO4)3 terdapat endapan. Ada tidaknya endapan membuktikan bahwa larutan tersebut memiliki logam Al.
Percobaan variasi kontinu ada 2 percobaan yaitu percobaan variasi kontinu stoikiometri sistem CuSO4-NaOH dan percobaan variasi kontinu stoikiometri asam basa.
Percobaan variasi kontinu stoikiometri sistem CuSO4-NaOH, pada percobaan pertama dapat diamati suhu awal NaOH 20 ml, 10 ml, 5 ml dan 15 ml. Dengan suhu awal CuSO4 5 ml, 15 ml, 20 ml dan 10 ml menghasilkan suhu awal yang sama yaitu 31  dengan NaOH berwarna bening dengan CuSO4 berwarna biru muda, ini karena memang warna dari NaOH bening dan CuSO berwarna biru muda. Pada pencampuran NaOH dengan CuSO dengan campurannya berjumlah 25 ml. Dengan volume NaOH 25 ml, makin banyak volume NaOH maka semakin pekat larutan yang dihasilkan. Pencampuran 15 ml CuSO4 1 M dengan 10 ml NaOH 2 M, menghasilkan warna biru kehijauan terdapat endapan dan kental serta pencampuran 20 ml CuSO4 1 M dengan 5 ml NaOH 2 M menghasilkan warna biru muda dan terdapat endapan. Pada percobaan 10 ml CuSO4 1 M dengan 15 ml Naoh 2 M menghasilkan warna biru tua dan keruh. Endapan yang dihasilkan berasal dari larutan CuSO4. Semakin banyak volume CuSO4 maka semakin banyak dan tampak endapan yang terbentuk serta warnanya semakin pekat.
Pada percobaan variasi kontinu stoikiometri asam basa menggunakan larutan HCl dan NaOH. HCl merupakan asam kuat dan NaOH merupakan basa kuat. Jika direaksikan maka akan menghasilkan garam dan air sehingga terjadi netralisasi dimana pH larutan yang terbentuk adalah 7. Larutan di atas terionisasi sempurna dan membentuk kesetimbangan dengan persamaan yaitu:
HCl + NaOH  NaCl + H­2O
Perbedaan suhu yang tidak tetap yag dihasilkan dipengaruhi oleh suhu ruangan dan kesalahan praktikan dalam pembacaan suhu pada termometer. Pada grafik CuSO4 dengan NaOH dengan perbandingan titik puncak 1:1 yang menunjukkan  (suhu) pada umumnya dapat dilihat memiliki perbedaan yang tidak begitu mencolok meskipun pada perhitungan dapat diamati berbeda. Pada grafik stoikiometri asam basa suhu mula-mula hampir sama dan ketika dicampurkan hasilnya adalah suhunya meningkat. Ini dikarenakan perbedaan volume dan mmol yang terbentuk.

H.    KESIMPULAN
a.       Pada percobaan diamati berbagai reaksi-reaksi kimia yaitu reaksi penetralan asam-basa, reaksi redoks, reaksi sintesis, reaksi metatesis dan didapatkan berbagai perubahan wujud, suhu, warna dan peubahan lainnya.
b.      Stoikiometri reaksi dapat ditentukan denagn cara variasi kontinu. Hubungan perubahan suhu dan masing-masing pereaksi dalam sistem untuk meramalkan stoikiometri reaksi.



DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Hiskia dan M.S. Terpantau. 1991. Stoikimetri Energetika Kimia. Bandung :
              PT. Citra Aditya Bakti.

Brady,C. 2005. Kimia Elektro. Bandung: Pakar Raya.

Djojo, Hariyono. 1987. Termodinamika Teknik. Jakarta : PT. Gramedia.

Oxtoby, David W,H,P,dkk.2001. Prinsip-Prinsip Kimia Modern Edisi Ke-4 Jilid 1. Jakarta : Erlangga.

Prasetiawan, Widi. 2008. Kimia Dasar 1. Jakarta: Cerdas Pustaka Publisher.

Raif, Agus. 2010. Reaksi Kimia. Jakarta: Universitas Mercu Buana.

Syukri, S. 1999. Kimia. Dasar 1. Bandung: ITB.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar